Kamis, 22 November 2012

Kebersihan Organ Intim Jangan dianggap sepele


Bagi  Anda kaum Hawa setiap waktu pasti ingin selalu terlihat bersih dan cantik. Biasanya, untuk  bisa terlihat selalu menarik sebagian perempuan tidak jarang rela menghabiskan waktu berjam-jam dan uang puluhan juta di salon atau klinik kecantikan.
Sah-sah saja jika hal tersebut Anda dilakukan. Tapi, yang harusnya juga Anda perhatikan adalah perawatan tubuh hendaknya dilakukan secara keseluruhan. Bukan hanya perawatan kecantikan tangan, wajah, kaki atau juga rambut semata. Sementara perawatan yang mengarah pada organ intim justru Anda abaikan. Padahal, perawatan organ intim bagi perempuan adalah hal yang sangat penting.
Ini karena bagian organ intim perempuan sangat rentan terhadap serangan kanker rahim atau biasa disebut kanker serviks. Sampai saat ini, kanker satu ini merupakan musuh terbesar bagi kaum perempuan. Setiap tahunnya ada sekitar 100 ribu perempuan menjadi korban kanker rahim.

 Kanker mulut rahim ini adalah kanker yang terdapat di serviks uterus, daerah organ produksi perempuan yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, terletak di antara rahim dengan liang vagina. Menurut penelitian terbaru, salah satu penyebab kanker mulut rahim adalah virus HPV (Human Papilloma Virus).

Gejala-gejala Kanker Rahim

Keputihan yang lama bahkan sampai mengeluarkan bau dan terjadinya pendarahan pada saat melakukan hubungan seksual merupakan salah satu gejala kanker leher rahim. Stadium awal, kanker mulut rahim sulit terdeteksi. Praktis tidak ada keluhan yang muncul. ”Gejala awal kadang nggak nampak, karena memang kadang nggak ada keluhan rasa sakit,”
Namun, pada stadium 4, sel kanker akan menjalar ke otak, paru-paru dan beberapa organ tubuh lainnya. Hampir 90 persen kanker mulut rahim itu terdapat di epitel permukaan, di mana ditemukan keadaan yang disebut pembakal kanker mulut rahim atau prakanker, mulai dari yang ringan sampai yang menjadi karsinoma in situ atau stadium nol.

Semuanya dapat didiagnosis dengan screening. Pada stadium awal sel kanker bisa menyebar ke daerah mulut rahim. Konidisi prakanker sampai karsinoma in situ sering tak menunjukkan gejala karena berada dalam lapisan epitel dan belum menimbulkan perubahan yang nyata.
Pada stadium kedua, gejala yang timbul adalah keputihan, pendarahan pasca senggama dan keluarnya cairan encer dari vagina. “Jika sudah invasif, akan ditemukan gejala seperti pendarahan spontan, keluar keputihan dan rasa tak nyaman pada saat akan melakukan hubungan seksual,” 

Pencegahan primer  untuk kanker serviks,dapat dilakukan melalui perubahan pola hidup sehat seperti diet atau suplemen, vaksinasi profilaksi dan reduksi faktor-faktor risiko. Selain itu juga menghindari punya pasangan seks pria yang banyak.

Kemudian mengonsumsi asupan nutrisi yang baik, hal ini dinyakini dapat mengatasi masalah kanker mulut rahim. Dari hasil penelitian, mendapatkan hubungan yang terbalik antara konsumsi sayuran berwarna hijau tua dan kuning (banyak mengandung bethakaroten atau vitamin A, vitamin C dan vitamin E) dengan kejadian neoplasia intra epithelial juga kanker serviks.
“Artinya semakin banyak makan sayuran berwarna hijau tua dan kuning, maka akan semakin kecil risiko untuk kena penyakit kanker mulut rahim Jadi bagi kaum perempuan, rajin mengonsumsi sayuran ternyata tidak saja dapat berguna untuk kesegaran tubuh dan juga membantu untuk mencegah penyakit yang cukup membuat bulu merinding ini,” 

Sedangkan pencegahan secara sekunder, atau dengan cara medik, yakni  meliputi deteksi dini atau penapisan dengan tujuan menurunkan kejadian penyakit dengan menemukan sebelum menimbulkan gejala dan memulai pengobatan seawal mungkin.
Pada serviks pencegahannya dapat dilakukan melalui tes Pap (papsmear), deteksi adanya virus papiloma manusia dan teknik baru yang dapat meningkatkan kemampuan tes pap dan deteksi virus papiloma manusia.”Karena proses dari normal sampai menjadi itu memerlukan waktu yang agak lama,  tidak mungkin setelah 6 bulan tes Pap langsung positif,”
Untuk pencegahan, lakukan tes Pap setelah usia 25 tahun atau setelah aktif berhubungan seksual dengan frekuensi dua kali dalam setahun. Bila dua kali tes Pap berturut-turut menghasilkan negatif, maka tes Pap dapat dilakukan sekali setahun.
Selain itu juga ada pencegahan tertier, biasanya ditujukan kepada penderita yang sudah menunjukkan adanya penyakit dan gejala penyakit.
Tujuannya adalah menurunkan kekambuhan atau menemukan kekambuhan seawal mungkin. Cara pengobatan yang dilakukan terhadap penderita  adalah operasi, radioterapi dan kemoterapi. “Karena itulah, semakin dini kita memeriksakan diri, semakin mudah penangannya dan semakin besar harapan untuk tidak terkena penyakit ini,”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar